Sedikit Kisah Tentang Kyai Hasyim Asy’ari
Di tahun 1943, K.H. Hasyim Asy’ari menderita sakit keras. Di suatu siang Beliau memaksakan diri untuk mengambil air wudhu dan bersiap pergi ke Masjid. Salah seorang anggota keluarganya menyarankan agar beliau sholat dirumah saja, karena kondisi beliau yang kian memburuk. Di luar dugaan Kyai Hasyim menjawab ; ”Kamu tahu anak-anakku, api neraka lebih panas dari penyakit ini”. Sepulang dari masjid, Beliau beristirahat sambil meneruskan nasihatnya: ”aku menangis bukan karena penyakitku ini, dan bukan pula berpisah dengan keluargaku, namun aku merasa bahwa aku masih kurang berbuat kebajikan, padahal Tuhan telah banyak memerintahkan, sedangkan aku tidak memenuhinya. Betapa aku malu dan takut untuk bertmu Tuhan karena tidak punya bekal. Sungguh, itu semua yang membuat aku menangis”.
Beliau lahir pada hari selasa Kliwon 24 Dzulqa’dah 1287 H/14 februari 1871 M di desa Gedang, Jombang. Putra Kyai Asy’ari, seorang ulama asla Demak Jawa Tengah. Pada tahun 1893 M, Kyai Hasyim kembali lagi ke Makkah melanjutkan pndidikannya dan brmukim tujuh tahun lamanya. Beliau memiliki banyak guru, salah satunya adlah Syeikh Mahfudz. Syeikh Mahfudz dikenal sebagai seorang Isnad (mata rantai penghubung) pengajaran kitab Shahih bukhari, yang bersambung kepada Imam Bukhari, pngarangnya. Dari syeikh Mahfudz itulah Mohammad Hasyim (nama asli Kyai Hasyim Asy’ari) mendapatkan ijazah untuk mengajar Shahih Bukhari dan Muslim. Sampai akhirnya, Kyai Hasyim dikenal sebagai seorang ahli Hadits.
Dan anehnya saat ini, ajaran kyai Hasyim dituduh sebagai bid’ah oleh sekelompok aktifis dakwah yang kadar keilmuan tentang hadits bisa dibilang masih sangat jauh dibawah Kyai Hasyim.
Ketegasan Prinsip Beliau
Tahun 1942 M, Kyai Hasyim dan Kh. Mahfudz Siddiq ditahan bala tentara jepang gara-gara menentang pelaksanaan saikere (semacam upacara setiap jam tujuh pagi brbaris dilapangan dan membungkuk 90 derajat untuk menghormati kaisar jepang). Beliau ditahan selama empat bulan dengan penjara berpindah-pindah.
Pada masa perjuangan kemrdekaan, Beliau mengeluarkan dua fatwa yang sangat terkenal yaitu : Perang melawan belanda adalah Jihad dan dihukumi Fardhu ’ain, yang kedua adalah melarang kaum Muslimin Indonesia melakukan perjalanan Haji dengan kapal-kapal Belanda.
Kyai Hasyim wafat pada 7 Ramadan 1336 H/21 Juli 1947 ketika benteng prtahanan Hizbullah –Sabilillah di Singosari Malang, direbut tentara Belanda. Kyai Hasyim dimakamkan di belakang Pesantren Tebu Ireng.
Sumber : Antologi, Sejarah Istilah Amaliah Uswah NU oleh H. Soeleiman Fadeli dan Moh. Subhan, S.Sos)
Kamis, 08 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar